Assalamu’alaikum
Hallo Solihah Inspire❣️
Kehadiran seorang wanita ditempat kerja selalu menyimpan banyak cerita. Ada perempuan yang dilarang bekerja sebagai perawat di sebuah rumah sakit lantaran sehari-harinya konsisten pake kerudung dan menutup aurat dengan sempurna. Ada juga perempuan yang getol bekerja meski harus menggadaikan harga dirinya. Seperti yang sekarang banyak ditemui. Perhatikan sekarang ini pesona perempuan dijadikan aset komersil dan komoditi bisnis. Iklan yang sering tampil di televisi selalu menampilkan perempuan berpakaian seksi dan mengubar auratnya sebagai daya tarik. Padahal produknya tidak nyambung dengan dunia kaum hawa. Contohnya iklan mobil, oli pelumas, atau rokok. Saking banyaknya aurat yang diumbar, rasa malu semakin hilang dan dianggap biasa pada diri wanita. Akhirnya melahirkan pemahaman: “ah namanya juga bekerja. Nggak apa rok mini. Ini kan mencari nafkah demi kebaikan keluarga.

Bekerja di lingkungan sekuler memang makan hati. Terutama bagi muslimah lantaran lingkungannya yang belum Islami, otomatis menetralisir nilai-nilai Islam dalam kesehariannya. Padahal sebagai seorang muslimah, tuntutan untuk berdiri di jalan atauran hidup Islam tidak pandang tempat dan kondisi. Dimana saja, kapan saja, dan dalam kondisi bagaimana pun harus tetap menutup aurat, jaga pandangan, dan hindari khalwat. Maka penting bagi muslimah untuk mempertimbangkan secara matang jika ingin berkerja di sektor publik. Bukan untuk melarang, hanya mengajak untuk berpikir secara matang. resikonya tidak sedikit. Baik di tempat kerja maupun diluar tempat kerja. Bayangkan, saat pertama kali wawancara muslimah mesti siap dengan perlakuan yang berbeda karena busana yang dikenakan. Antara yang sempurna menutup aurat dengan yang mengumbar aurat. Di tempat kerja godaan dari lawan jenis sesama rekan yang terbiasa gaul bebas jadi hal biasa. Bahkan terkadang ada kondisi yang mengharuskan kerja berdua dengan atasan. Dalam perjalanan berangkat maupun pulang kerja resiko pelecehan seksual pun mengintai para wanita di angkutan umum.
Lingkungan kerja yang sekuler meminta muslimah untuk memilih “TAKE IT OR LEAVE IT!”. Jika pekerjaannya diambil, harus mengikuti aturan mereka dengan resiko kehormatannya akan ternoda. Mulai dari cara berpakaian yang mengumbar aurat ataupun boleh menutup aurat diharuskan mengikuti tren sehingga kesempurnaanya pupus. Belum lagi waktu dan perhatian yang harus diberikan pada pekerjaan kantor yang lebih. Walhasil, kewajiban sebagai ibu bagi anak-anak dan istri bagi suami sedikit terlailaikan. Lalu bagaimana islam memandang ?
Islam memiliki aturan lengkap, mulai dari bangun tidur sampai bangun negara. Al Quran sebagai kita suci yang agung memberikan rambu-rambu bagaimana seorang wanita mengarungi kehidupan. Allah Swt berfirman: “Kaum pria adalah pemimpin bagi kaum wanita, karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (pria) atas sebagian yang lain (wanita), dan karena mereka (pria) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Maka dari itu, wanita yang salihah ialah yang taat kepada Allah subhanahu wa ta’alaagi memelihara diri ketika suaminya …..” (TQS. An Nisa: 34).
Dengan membaca ayat diatas tampaklah jelas bahwa kewajiban mencari nafkah, artinya jika suami mengabaikannya maka ia berdosa. Syaikh Abdul Aziz bin Baz mengatakan : Islam tidak melarang wanita berkerja dan bisnis karena Allah jalla wa’ala mensyariatkan dan memerintahkan hambanya untuk bekerja, dalam firman nya Allah Swt : “Dan Katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” Perintah ini bersifat umum baik pria maupun wanita. Namun khusus bagi wanita, tidak ada taklif (pembebanan) untuk menjalankannya. Artinya, seorang wanita boleh bekerja tetapi tidak wajib. Itu juga selama pekerjaannya tidak keluar dari syariat Islam.
Oleh. Keenan Jaki Kahardian
