asslamuallaikum sobat inspire
Wow, hebat, keren, kok bisa? Kata-kata itu yang selalu keluar saat kita menyaksikan orang-orang yang kita sebut luar biasa. Ketika teman kita mendapatkan prestasi dalam hal akademik, ketika teman kita selalu mendapatkan perwakilan kampus dalam ajang lomba, kita akan bertanya kok bias? Apa bedanya kita dengan mereka?

Sesungguhnya, tidak ada yang beda. Sama-sama ciptaan Allah swt. Sama-sama makan nasi, lalu kenapa? Kenapa kita lebih banyak menjadi penonton daripada pemain. Lebih sering memberikan tepuk tangan kepada teman kita yang luar biasa itu. Kita takjub seolah-olah dia memang dilahirkan untuk seperti itu. Cobalah tanyakan pada orang-orang yang luar biasa itu. Apa mereka hanya bersantai ria saja? Tentu tidak mungkin. Secerdas apapun seorang pelajar jika tidak belajar dan terus mengulang, tidak akan mungkin bisa mendapatkan prestasi. Mungkin kita melihat teman kita santai-santai saja. Sebenarnya yang kita lihat dengan mata kita salah, karena waktu kita melihat dia memang sedang santai. Tidak mungkin seorang pemain bola selincah Cristian Ronaldo hanya bersantai-santai saja. Ia berlatih dan terus berlatih hingga bola takluk ketika berada di kakinya.
Lalu bagaimana dengan kita?. Jika kita cemburu iri kepada orang-orang yang luar biasa itu, artinya ada kesempatan untuk kita seperti mereka. Tentu saja iri dengan prestasi-prestasi yang baik. Rasulullah, “Tidak ada hasad (iri) yang dibenarkan kecuali terhadap dua orang, yaitu terhadap orang yang Allah berikan harta, ia menghabiskannya dalam kebaikan dan terhadap orang yang Allah berikan ilmu, ia memutuskan dengan ilmu itu dan mengajarkannya kepada orang lain.” (HR. Muslim). Jadi jelas, kita boleh iri pada mereka yang berharta dan membelanjakan harta itu di jalan Allah. Dan kita boleh iri pada mereka yang punya ilmu (prestasi).
Lalu untuk bisa seperti orang-orang yang luar biasa itu bagaiamana? Jawabannya adalah Doing Not Waiting. Menunggu sangat menyebalkan. Karena itu jangan menunggu. Percuma kalau menunggu saja. Tapi melakukan, katakan ini dan catat: Aku tidak menunggu harus hafal Al Quran dan Hadist dulu untuk berdakwah tapi yang dilakukan adalah terus belajar dan memnyampaikan meski sedikit yang didapat dari belajar. Karena waktu tak pernah menungguku, kesempatan takkan datang tuk kedua kali. Kalau pun dia datang pasti bukan untukku lagi.
oleh. Keenan Jaki Kahardian
