Assalamuallaikum hallo
sobat inspire
Usamah Bin Zaid adalah jenderal termuda yang
pernah memimpin peperangan yang ketika itu masih berusia 18 tahun.
Penunjukannya sebagai Jenderal datang langsung dari Rasulullah saw. Ia adalah
puitra dari Zaid bin Haritsah.
Usamah lahir tahun ke 7 sebelum hijrah di
Mekkah. Kondisi dakwah yang begitu sulit saat itu membuat Rasullulah saw
senantiasa bersabar. Ketika berita kelahiran Usamah sampai wajah Rasulullah saw
langsung berseri.
Usamah bin Zaid adalah anak dari seorang
sahabat dan merupakan anak angkat Rasulullah saw (sebelum Islam masuk dan
menghapus hukum anak angkat), yaitu Zaid bin Haritsah dan Ummu Aiman pengasuh
Rasulullah saw ketika kecil. Dalam suatu riwayat Rasulullah saw berkata: “Ummu
Aiman adalah ibuku satu – satunya sesudah ibunda yang mulia wafat, dan satu
satunya keluargaku yang masih ada”. Riwayat lain bahkan mengatakan Ummu
Aiman juga pemah menyusui anak Rasullulah saw.
Adapun Zaid bin Haritsah adalah sahabat
kesayangan Rasullulah saw dan anak angkat, yang menyebabkan Zaid sempat
dipanggil dengan nama Zaid bin Muhammad, tetapi kemudian dihapus oleh hukum
Islam. Dimana nama anak harus dinasabkan kepada orang tua kandungnya. Demikian
sayangnya Rasul saw kepadanya sehingga Usamah diberi lagab, Al Hibb wa Ibnil
Hibb ‘Kesayangan (dari) Anak Kesayangan’ dan Hibb Rasulillah, Jantung Hati
Rasulullah karena Rasul saw mencintainya sebagaimana mencintai cucunya, Hasan
bin Ali bin Abi Thalib.
Usamah tumbuh sebagai pribadi yang besar;
cerdik dan pintar, berani luar biasa, bijaksana, pandai meletakkan sesuatu pada
tempatnya, tahu menjaga kehormatan, senantiasa menjauhkan diri dari perbuatan
tercela, pengasih dan (sebaliknya) dikasihi banyak orang, taqwa, wara’
(berhati-hati), dan mencintai Allah SWT.
Usamah Dalam Perang Uhud
Waktu terjadi Perang Uhud, Usamah bin Zaid
datang ke hadapan Rasulullah saw. beserta serombongan anak-anak sebayanya,
putra-putra para sahabat. Mereka ingin turut jihad fi sabilillah. Sebagian
mereka diterima Rasulullah dan sebagian lagi ditolak karena usianya masih
sangat muda. Usamah bin Zaid teramasuk kelompok anak-anak yang tidak diterima.
Karena itu, Usama pulang sambil menangis. Dia sangat sedih karena tidak
diperkenankan turut berperang di bawah bendera Rasulullah.
Usamah Dalam Perang Khandaq
Dalam Perang Khandaq, Usamah bin Zaid datang
pula bersama kawan-kawan remaja, putra para sahabat. Usamah berdiri tegap di
hadapan Rasulullah supaya kelihatan lebih tinggi, agar beliau memperkenankannya
turut berperang. Rasulullah kasihan melihat Usamah yang keras hati ingin turut
berperang. Karena itu, beliau mengizinkannya, Usamah pergi berperang menyandang
pedang, jihad fi sabilillah. Ketika itu dia baru berusia lima belas tahun.
Usamah Dalam Perang Hunain
Ketika terjadi Perang Hunain, tentara muslimin
terdesak sehingga barisannya menjadi kacau balau. Tetapi, Usamah bin Zaid tetap
bertahan bersama-sama denga ‘Abbas (paman Rasulullah), Sufyan bin Harits (anak
paman Usamah), dan enam orang lainnya dari para sahabat yang mulia. Dengah
kelompok kecil ini, Rasulullah berhasil mengembalikan kekalahan para sahabatnya
menjadi kemenangan. Beliau berhasil menyelematkan kaum muslimin yang lari dari
kejaran kaum musyrikin.
Usamah Dalam Perang Mu’tah
Dalam Perang Mu’tah, Usamah turut berperang di
bawah komando ayahnya, Zaid bin Haritsah. Ketika itu umurnya kira-kira delapan
belas tahun. Usamah menyaksikan dengan mata kepala sendiri tatkala ayahnya
tewas di medan tempur sebagai syuhada. Tetapi, Usamah tidak takut dan tidak
pula mundur. Bahkan, dia terus bertempur dengan gigih di bawah komando Ja’far
bin Abi Thalib hingga Ja’far syahid di hadapan matanya pula. Usamah menyerbu di
bawah komando Abdullah bin Rawahah hingga pahlawan ini gugur pula menyusul
kedua sahabatnya yang telah syahid. Kemudian, komando dipegang oleh Khalid bin
Walid. Usamah bertempur di bawah komando Khalid. Dengan jumlah tentara yang
tinggal sedikit, kaum muslimin akhirnya melepaskan diri dari cengkeraman
tentara Rum.
Seusai peperangan, Usamah kembali ke Madinah
dengan menyerahkan kematian ayahnya kepada Allah SWT. Jasad ayahnya
ditinggalkan di bumi Syam (SYiria) dengan mengenang segala kebaikan almarhum.
Jenderal Termuda
Dengan semua kelebihan Usamah, Rasul saw
menugaskannya sebagai Jendral Pasukan Kaum Muslimin yang akan berhadapan dengan
Pasukan Romawi. Riwayat menyatakan usia Usamah saat itu baru 17 tahun. Dalam
pasukannya, terdapat nama- nama sahabat besar, Abu Bakar Shidiq, Urnar bin
Khatab, Sa’ad bin Abi Waqqas. Abu Ubaidah bin Jarrah, dan para sahabat senior
lainya.
Pengangkatan ini sempat menimbulkan desas
desus yang menyebabkan kegusaran Rasulullah saw. Beliau lalu pergi ke mesjid
Nabawi dan berkata: “Jika kalian mencemoohkan kepernimpinannya, maka
kalian dulu juga mencemoohkan kepemimpinan ayahnya. Demi Allah. dia layak untuk
jabatan pimpinan. Dan dia adalah orang yang paling aku cintai sesudah
ayahnya”.
Usamah kemudian berangkat sebagai jendral dan
saat itu Rasul saw telah wafat. Meski demikian sebagian sahabat Anshar sempat
meminta Usamah diganti karena faktor usia, tetapi Khalifah Islam pertama saat
itu, Abu Bakar Shidiq tetap berpegang teguh pada keputusan Rasulullah saw.
Bahkan Umar bin Khatab selaku utusan para sahabat mendapatkan kemarahan Abu
Bakar atas usulan tersebut.
Kemenangan Usamah
Usamah dan pasukannya terus bergerak dengan
cepat meninggalkan Madinah. Setelah melewati beberapa daearah yang masih tetap
memeluk Islam, akhirnya mereka tiba di Wadilqura. Usamah mengutus seorang
mata-mata dari suku Hani Adzrah bernama Huraits. Ia maju meninggalkan pasukan
hingga tiba di Ubna, tempat yang mereka tuju. Setelah berhasil mendapatkan
berita tentang keadaan daerah itu, dengan cepat ia kembali menemui Usamah.
Huraits menyampaikan informasi bahwa penduduk Ubna belum mengetahui kedatangan
mereka dan tidak bersiap-siap. Ia mengusulkan agar pasukan secepatnya bergerak
untuk melancarkan serangan sebelum mereka mempersiapkan diri. Usamah setuju.
Dengan cepat mereka bergerak. Seperti yang direncanakan, pasukan Usamah
berhasil mengalahkan lawannya. Hanya selama empat puluh hari, kemudian mereka
kembali ke Madinah dengan sejumlah harta rampasan perang yang besar, dan tanpa
jatuh korban seorang pun.
Perkataan Rasulullah saw terbukti, ditangan
Usamah pasukan Islam mampu mengalahkan pasukan Romawi. Bahkan pasukan Usamah
membawa kemenangan yang gemilang melebihi perkiraan semua orang. Sampai para
sahabat berkata: “belum pernah terjadi suatu pasukan bertempur kembali
dari medan tempur dengan selamat dan utuh (tanpa satu korban pun)”.
Setelah menjalani hidupnya bersama para
sahabat, Usamah bin Zaid wafat tahun 53 H / 673 M pada masa pemerintahan
khalifah Mu’awiyah
Sangat patut di jadikan contoh bukan ? Usamah
bin zayid merupakan salah satu tokoh yang mampu di jadikan untuk menjadi
motivasi kita
Oleh: Fathia Irhami