kisah, Sahabat

Sekilas tentang Muhammad alfatih

Assalamuallaikum Sobat Inspirasi

Nama Muhammad Al-Fatih tercatat dalam sejarah dunia dan terus dikenang hingga kini. Bagaimana tidak, pada tahun 1453, saat masih berusia 21 tahun, ia telah berhasil memimpin pasukan Turki Utsmani merebut kota Konstantinopel dari Kekaisaran Byzantium. Padahal pada masa itu kota Konstantinopel dikenal sebagai kota dengan benteng legendaris yang sangat sulit ditembus.

Kisah penaklukan kota Konstantinopel maupun riwayat kehidupan Muhammad Al-Fatih telah ditulis dalam banyak buku, bahkan sempat diangkat pula ke dalam layar lebar maupun program-program televisi. Salah satu orang yang menulis buku tentang Muhammad Al-Fatih adalah Felix Siauw. Ia begitu mengagumi Muhammad Al-Fatih sehingga menamai semua anak laki-lakinya dengan nama belakang Al Fatih 1453.

Sosok Al-Fatih memang begitu fenomenal. Semenjak usia 12 tahun ia sudah diangkat menjadi sultan. Dengan keberhasilannya membebaskan kota Konstantinopel, ia dianggap telah membuktikan hadis Nabi Muhammad SAW pada 8 abad sebelumnya dan disebut sebagai sebaik-sebaik pemimpin. Apa saja hal yang patut kita teladani dari sosok Muhammad Al-Fatih?

Dalam bukunya Ali Muhammad Ash-Shalabi menulis, Sulṭān Muhammad Al-Fātiḥ sedikitnya menguasai tiga bahasa Islam dengan sangat baik yang biasanya dikuasai orang-orang berpendidikan pad zaman itu, yakni bahasa Arab, Persia, dan Turki.

Selain Ash-Shalabi, Ramzi Al-Munyawi dalam bukunya juga menyebutkan, Sulṭān Muhammad Al-Fātiḥ menguasai Bahasa Yunani dan 6 bahasa lainnya ketika berusia 21 tahun. Sebagaimana telah disebutkan di atas, pada usia itu pulalah A-Fatih berhasil menaklukkan Konstantinopel.

Kecerdasan Al-Fatih ini terlihat jelas dari pemikirannya yang cemerlang dalam upayanya membebaskan kota Konstantinopel. Al-Fatih memindahkan kapal-kapal dari pangkalannya di Baskatasy ke Tanduk Emas dengan cara menariknya melalui jalan darat yang ada di anatara dua pelabuhan, sebagai usaha menjauhkan kapal-kapal itu dari Galata karena khawatir mendapat serangan dari pasukan Genova.

Jalan darat yang dilaluinya bukanlah tanah yang datar, namun berupa bebukitan. Melihat kondisi demikian, Al-Fātiḥ berusaha meratakan tanah hanya dalam hitungan jam. Ia kemudian juga mendatangkan papan dari kayu yang diberi minyak dan lemak. Setelah itu papan-papan tadi ia letakan di atas tanah yang sudah rata, yang memungkinkan kapal-kapal pasukannya mudah untuk ditarik dan berjalan.

Taktik semacam itu merupakan pemikiran yang sangat cemerlang pada masa itu. Kecepatan berpikir dan kecepatan beraksi Sulṭān Muhammad Al-Fātiḥ memang patut untuk diteladani.

Dalam bukunya Ash-shalabi menulis, Al-Fātiḥ telah berinteraksi dengan ahli kitab sesuai dengan syariat Islam dan memberikan pada mereka hak-hak beragama. “Dia tidak pernah melakukan perlakuan jahat pada seorang pun dari kalangan Kristen,” terangnya.

Sebaliknya, Al-Fatih justru menghormati para pemimpin agama lain dan berbuat baik kepada mereka. Slogan yang pernah Al-Fatih katakan adalah, “Keadilan sebagai pondasi kekuasaan.”

Al-Munyawi mengisahkan dalam bukunya, ketika Konstantin menolak untuk menyerahkan kota Konstantinopel, Al-Fatih bersiteguh, “Baiklah! Tidak lama lagi aku akan mempunyai singgasana di Konstantinopel atau aku akan mempunyai kuburan di sana!”

Senada dengan Al-Munyawi, Felix Siauw pun bercerita melalui pesan singkat kepada kumparan, “Karakter ksatria yang paling menonjol (dari Al-Fatih) adalah keyakinannya pada bisyarah (nubuwwah) Rasulullah, hingga dia melakukan lebih dari yang lain, hingga hasilnya pun lebih dari yang lain.”

Di samping itu, Al-Fatih juga diajarkan untuk tidak berbangga dan berpuas diri. Berbekal pengajaran dari para gurunya itu, Al-Fatih kemudian menamkan sikap tawadhu atau rendah hati atas semua pencapaian dan mempelajari kekalahan sebagai pertanda kurangnya ketaatan dan usaha.

Oleh. Fathia Irhami

kisah, Sahabat

“Singa Allah”

Assalamuallaikum sobat inspire

Hamzah bin Abdul Muthalib merupakan paman sekaligus saudara susuan Rasulullah Saw. Hubungan Hamzah bin Abdul Muthalib dengan Rasulullah bukan hanya sekedar antara paman dan keponakan, melainkan juga antara dua orang sahabat karena keduanya berasal dari satu generasi dengan umur yang berdekatan. Mereka berdua tumbuh bersama, bermain bersama, saling bersenda gurau, dan berjalan bersama dari satu jalan ke jalan yang lain. Namun, arah hidup keduanya amat berbeda di masa mudanya.

            Hamzah bin Abdul Muthalib adalah anak dari Abdul Muthalib dan Ibunya bernama Haulah binti Wuhaib dari Bani Zuhrah. Menurut riwayat pernikahan Abdul Muthalib dan Abdullah bin Abdul Muthalib terjadi bersamaan waktunya dan Ibu dari Nabi, Aminah binti Wahab, adalah saudara sepupu dari Haulah binti Wuhaib. Hamzah bin Abdul Muthalib sangat sayang kepada Rasulullah. Pada suatu hari, ada seorang budak yang mengatakan bahwa keponakannya telah dicaci maki dan diperlakukan tidak manusiawi oleh Abu Jahal. Mendengar perkataan itu, Hamzah bin Abdul Muthalib langsung  mencari Abu Jahal. Setelah melihatnya,  Hamzah bin Abdul Muthalib mendekati Abu Jahal. Diangkatnya busur panah dari punggungnya dan langsung dipukulkan ke kepala Abu Jahal hingga berdarah. Kemudian, Hamzah bin Abdul Muthalib dengan suara yang lantang berkata di hadapan Abu Jahal dan pembesar kaum Quraisy, “Apakah kamu mencaci maki Muhammad? Padahal, aku adalah pengikutnya.

Aku katakan apa yang dia katakan. Camkan itu baik-baik! Ulangilah kepadanya jika kamu mampu!” Memang, Hamzah bin Abdul Muthalib sangat sayang kepada Rasulullah 

Sesampainya di rumah, Hamzah bin Abdul Muthalib berpikir ulang apa yang dikatakannya tadi di dekat Ka’bah. Dia berpikir bagaimana mungkin seseorang meninggalkan agama nenek moyangnya. Tiba -tiba,di pikirannya terbesit rasa penyesalan tentang apa yang diucapkan tadi. Dia kembali meneruskan pengembaraan akalnya. Namun, ketika menyadari bahwa dengan akal saja tidak cukup untuk mencari kebenaran, dia pun pergi ke dekat Ka’bah untuk berdoa meminta kepada Yang Maha Ghaib dengan keikhlasan dan sangat khusyuk supaya nantinya mendapatkan kebenaran dan jalan yang lurus.

Hamzah kemudian masuk Islam dengan penuh keyakinan. Allah Swt memperkuat keislamnya  Hamzah. Keteguhan iman Hamzah merupakan benteng kaum muslimin dan perisai. Sejak Hamzah bin Abdul Muthalib masuk Islam, dia berdiri bagaikan benteng dan membela Rasulullah dan para sahabat yang dihina. Dia pun bertekad untuk menyerahkan seluruh kehidupan dan raganya kepada Allah Swt dan Rasul-Nya. Maka, dengan keberanian dan selalu membentengi Rasulullah Saw, Hamzah kemudian diberi gelar oleh Rasul, yaitu Asadullah wa Asadu Rasulihi, Singa Allah dan Singa Rasulullah. Bahkan Hamzah oleh Rasul diserahkan bendera panji Islam pertama untuk dikibarkan dalam pertempuran.

Pada Perang Badar, Hamzah melakukan kehebatan yang luar biasa, yang membuat para sahabat berdecak kagum dan kaum Quraisy ke Makkah dengan membawa kekalahan dan kegagalan yang memalukan. Banyak korban kaum  kafir Quraisy dalam perang tersebut tidak menerima kekalahan. Mereka mulai mempersiapkan diri dan menghimpun segala kekuatan untuk menuntut balas kekalahan yang mereka alami sebelumnya.

Akhirnya, tibalah saatnya Perang Uhud dimana kaum kafir Quraisy disertai beberapa kafilah Arab lainnya bersekutu untuk menghancurkan kaum muslimin. Sasaran utama perang tersebut adalah Rasulullah  Saw dan Hamzah bin Abdul Muthalib. Dan, mereka memiliki rencana yang keji terhadap Hamzah yaitu dengan menyuruh seorang budak yang mahir dalam menggunakan tombak dan organ hatinya akan diambil serta akan dimakan oleh Hindun yang memiliki dendam kesumat karena suaminya terbunuh dalam Perang Badar.

Akhirnya, kedua pasukan tersebut bertemu dan terjadilah pertempuran yang dahsyat. Hamzah bin Abdul Muthalib berada ditengah-tengah  medan pertempuran untuk memimpin sebagian Muslimin. Dia mulia menyerang ke kiri dan ke kanan. Setiap ada musuh yang berupaya menghadangnya, pastilah kepalanya akan terpisah dari lehernya. Seluruh pasukan kamu muslimin maju hingga akhirnya dapat diperkirakan kemenangan berada di pihak kaum muslimin. Dan, seandainya pasukan pemanah yang berada di atas Bukit Uhud patuh pada perintah Rasulullah untuk tetap berada disana, niscaya kaum muslimin akan dapat memenangkan pertempuran.

Di saat mereka sedang asyik memunggut harta benda musuh yang tertinggal, kaum kafir Quraisy melihatnya sebagai peluang emas dan berbalik menduduki Bukit Uhud dan mulai melancarkan serangan dengan gencar. Sementara itu, Wasyi bin Harb menyelinap dari bala bantuan pasukan Muslim dengan maksud mencari Hamzah bin Abdul Muthalib. Setelah melihatnya, ia menombak Hamzah tepat di dadanya. Meilhat itu, Hamzah lalu mengejar Wasyi, namun tidak bisa, karen lukanya yang  parah lalu jatuh dan menjadi syuhada di Perang Uhud.

Setelah perang usai Rasulullah dan para sahabatnya yang masih hidup memeriksa jasad dan tubuh para kaum Muslimin yang gugur. Betapa kagetnya mereka mendapati jasad Hamzah bin Abdul Muthalib. Dadanya robek serta hatinya diambil. Rasulullah Saw meneteskan air mata menandakan duka yang paling dalam. Rasulullah berkata, “Tak pernah ku menderita sebagaimana yang kurasakan saat ini. Dan, tidak ada suasana apapun yang lebih menyakitkan diriku daripada suasana sekarang ini.”

oleh. Keenan Jaki Kahardian

kisah, Sahabat

USAMAH BIN ZAYID JENDRAL TERMUDA FI SABILILLAH

Assalamuallaikum hallo sobat inspire

Usamah Bin Zaid adalah jenderal termuda yang pernah memimpin peperangan yang ketika itu masih berusia 18 tahun. Penunjukannya sebagai Jenderal datang langsung dari Rasulullah saw. Ia adalah puitra dari Zaid bin Haritsah.

Usamah lahir tahun ke 7 sebelum hijrah di Mekkah. Kondisi dakwah yang begitu sulit saat itu membuat Rasullulah saw senantiasa bersabar. Ketika berita kelahiran Usamah sampai wajah Rasulullah saw langsung berseri.

Usamah bin Zaid adalah anak dari seorang sahabat dan merupakan anak angkat Rasulullah saw (sebelum Islam masuk dan menghapus hukum anak angkat), yaitu Zaid bin Haritsah dan Ummu Aiman pengasuh Rasulullah saw ketika kecil. Dalam suatu riwayat Rasulullah saw berkata: “Ummu Aiman adalah ibuku satu – satunya sesudah ibunda yang mulia wafat, dan satu satunya keluargaku yang masih ada”. Riwayat lain bahkan mengatakan Ummu Aiman juga pemah menyusui anak Rasullulah saw.

Adapun Zaid bin Haritsah adalah sahabat kesayangan Rasullulah saw dan anak angkat, yang menyebabkan Zaid sempat dipanggil dengan nama Zaid bin Muhammad, tetapi kemudian dihapus oleh hukum Islam. Dimana nama anak harus dinasabkan kepada orang tua kandungnya. Demikian sayangnya Rasul saw kepadanya sehingga Usamah diberi lagab, Al Hibb wa Ibnil Hibb ‘Kesayangan (dari) Anak Kesayangan’ dan Hibb Rasulillah, Jantung Hati Rasulullah karena Rasul saw mencintainya sebagaimana mencintai cucunya, Hasan bin Ali bin Abi Thalib.

Usamah tumbuh sebagai pribadi yang besar; cerdik dan pintar, berani luar biasa, bijaksana, pandai meletakkan sesuatu pada tempatnya, tahu menjaga kehormatan, senantiasa menjauhkan diri dari perbuatan tercela, pengasih dan (sebaliknya) dikasihi banyak orang, taqwa, wara’ (berhati-hati), dan mencintai Allah SWT.

Usamah Dalam Perang Uhud

Waktu terjadi Perang Uhud, Usamah bin Zaid datang ke hadapan Rasulullah saw. beserta serombongan anak-anak sebayanya, putra-putra para sahabat. Mereka ingin turut jihad fi sabilillah. Sebagian mereka diterima Rasulullah dan sebagian lagi ditolak karena usianya masih sangat muda. Usamah bin Zaid teramasuk kelompok anak-anak yang tidak diterima. Karena itu, Usama pulang sambil menangis. Dia sangat sedih karena tidak diperkenankan turut berperang di bawah bendera Rasulullah.

Usamah Dalam Perang Khandaq

Dalam Perang Khandaq, Usamah bin Zaid datang pula bersama kawan-kawan remaja, putra para sahabat. Usamah berdiri tegap di hadapan Rasulullah supaya kelihatan lebih tinggi, agar beliau memperkenankannya turut berperang. Rasulullah kasihan melihat Usamah yang keras hati ingin turut berperang. Karena itu, beliau mengizinkannya, Usamah pergi berperang menyandang pedang, jihad fi sabilillah. Ketika itu dia baru berusia lima belas tahun.

Usamah Dalam Perang Hunain

Ketika terjadi Perang Hunain, tentara muslimin terdesak sehingga barisannya menjadi kacau balau. Tetapi, Usamah bin Zaid tetap bertahan bersama-sama denga ‘Abbas (paman Rasulullah), Sufyan bin Harits (anak paman Usamah), dan enam orang lainnya dari para sahabat yang mulia. Dengah kelompok kecil ini, Rasulullah berhasil mengembalikan kekalahan para sahabatnya menjadi kemenangan. Beliau berhasil menyelematkan kaum muslimin yang lari dari kejaran kaum musyrikin.

Usamah Dalam Perang Mu’tah

Dalam Perang Mu’tah, Usamah turut berperang di bawah komando ayahnya, Zaid bin Haritsah. Ketika itu umurnya kira-kira delapan belas tahun. Usamah menyaksikan dengan mata kepala sendiri tatkala ayahnya tewas di medan tempur sebagai syuhada. Tetapi, Usamah tidak takut dan tidak pula mundur. Bahkan, dia terus bertempur dengan gigih di bawah komando Ja’far bin Abi Thalib hingga Ja’far syahid di hadapan matanya pula. Usamah menyerbu di bawah komando Abdullah bin Rawahah hingga pahlawan ini gugur pula menyusul kedua sahabatnya yang telah syahid. Kemudian, komando dipegang oleh Khalid bin Walid. Usamah bertempur di bawah komando Khalid. Dengan jumlah tentara yang tinggal sedikit, kaum muslimin akhirnya melepaskan diri dari cengkeraman tentara Rum.

Seusai peperangan, Usamah kembali ke Madinah dengan menyerahkan kematian ayahnya kepada Allah SWT. Jasad ayahnya ditinggalkan di bumi Syam (SYiria) dengan mengenang segala kebaikan almarhum.

Jenderal Termuda

Dengan semua kelebihan Usamah, Rasul saw menugaskannya sebagai Jendral Pasukan Kaum Muslimin yang akan berhadapan dengan Pasukan Romawi. Riwayat menyatakan usia Usamah saat itu baru 17 tahun. Dalam pasukannya, terdapat nama- nama sahabat besar, Abu Bakar Shidiq, Urnar bin Khatab, Sa’ad bin Abi Waqqas. Abu Ubaidah bin Jarrah, dan para sahabat senior lainya.

Pengangkatan ini sempat menimbulkan desas desus yang menyebabkan kegusaran Rasulullah saw. Beliau lalu pergi ke mesjid Nabawi dan berkata: “Jika kalian mencemoohkan kepernimpinannya, maka kalian dulu juga mencemoohkan kepemimpinan ayahnya. Demi Allah. dia layak untuk jabatan pimpinan. Dan dia adalah orang yang paling aku cintai sesudah ayahnya”.

Usamah kemudian berangkat sebagai jendral dan saat itu Rasul saw telah wafat. Meski demikian sebagian sahabat Anshar sempat meminta Usamah diganti karena faktor usia, tetapi Khalifah Islam pertama saat itu, Abu Bakar Shidiq tetap berpegang teguh pada keputusan Rasulullah saw. Bahkan Umar bin Khatab selaku utusan para sahabat mendapatkan kemarahan Abu Bakar atas usulan tersebut.

Kemenangan Usamah

Usamah dan pasukannya terus bergerak dengan cepat meninggalkan Madinah. Setelah melewati beberapa daearah yang masih tetap memeluk Islam, akhirnya mereka tiba di Wadilqura. Usamah mengutus seorang mata-mata dari suku Hani Adzrah bernama Huraits. Ia maju meninggalkan pasukan hingga tiba di Ubna, tempat yang mereka tuju. Setelah berhasil mendapatkan berita tentang keadaan daerah itu, dengan cepat ia kembali menemui Usamah. Huraits menyampaikan informasi bahwa penduduk Ubna belum mengetahui kedatangan mereka dan tidak bersiap-siap. Ia mengusulkan agar pasukan secepatnya bergerak untuk melancarkan serangan sebelum mereka mempersiapkan diri. Usamah setuju. Dengan cepat mereka bergerak. Seperti yang direncanakan, pasukan Usamah berhasil mengalahkan lawannya. Hanya selama empat puluh hari, kemudian mereka kembali ke Madinah dengan sejumlah harta rampasan perang yang besar, dan tanpa jatuh korban seorang pun.

Perkataan Rasulullah saw terbukti, ditangan Usamah pasukan Islam mampu mengalahkan pasukan Romawi. Bahkan pasukan Usamah membawa kemenangan yang gemilang melebihi perkiraan semua orang. Sampai para sahabat berkata: “belum pernah terjadi suatu pasukan bertempur kembali dari medan tempur dengan selamat dan utuh (tanpa satu korban pun)”.

Setelah menjalani hidupnya bersama para sahabat, Usamah bin Zaid wafat tahun 53 H / 673 M pada masa pemerintahan khalifah Mu’awiyah

Sangat patut di jadikan contoh bukan ? Usamah bin zayid merupakan salah satu tokoh yang mampu di jadikan untuk menjadi motivasi kita

Oleh: Fathia Irhami

kisah, Sahabat

Thalhah bin Ubadillah

Assalamu’alaikum

Hallo Sobat Inspire

Satu lagi nih Sahabat Rasullullah sekaligus prajurit kebanggaan Muslim. yaitu Thalhah bin Ubadillah


Thalhah bin Ubadillah wafat pada tahun 36 H/656 M. Dia adalah seorang sahabat Rasulullah dan merupakan prajurit handal di medan pertempuran. Dia berasal dari suku Quraisy. Thalhah bin Ubadillah mempunyai nama lengkap Thalhah bin Abdullah bin Utsman bin Ka’ab bin Said. Dia merupakan konsultan dan salah satu orang yang dijamin masuk surga oleh Rasulullah Saw.

Sebagai seorang muslim yang setia kepada Rasulullah, dia tidak pernah absen dalam pertempuran menegakkan kalimat Allah. Perjuagannya tidak hanya harta benda, melainkan juga jiwa raga. Pada saat Perang Uhud, dia menderita luka parah. Dia menggunakan dirinya sebagai perisai Rasulullah dan mengalihkan anak panah yang akan menancap ke tubuh Rasulullah dengan tangannya sehingga semua   jemarinya putus. Thalhah bin Ubadillah wafat akibat anak panah di Perang Jamal.

Thalhah bin Ubadillah masuk Islam secara Kaffah. Dia tidak pernah mengingkari janji dan terkenal sebagai orang yang jujur yang ditunjukkan dari perilakunya sehari-hari. Dia tidak pernah menipu apalagi berkhianat sebelum dan sesudah masuk Islam. Dia masuk Islam melalui Abu Bakar Shiddiq. Keduanya menemui Rasulullah Saw. Di hadapan Rasulullah, keduanya menghaturkan niat ingin  memeluk Islam dan mengucapkan kalimat syahadat. Setelah itu, mereka meninggalkan Rasulullah. Namun, di tengah perjalanan mereka di cegat oleh orang Quraisy yang terkenal dengan sebutan “Singa Quraisy”, yaitu Nofal bin Khuwalid. Nofal kemudian memanggil orang-orangnya untuk menangkap mereka berdua. Thalhah dan Abu Bakar tidak hanya ditangkap, melainkan diikat dalam satu tambang. Semua itu dilakukan Nofal sebagai siksaan kepada orang-orang yang memeluk Islam. Dari kejadian itu, Thalhah dan Abu Bakar d juluki Alqari’ Nain atau Dua Serangkai.

Sejarah perjalanan Thalhah bin Ubadillah merupakan hembusan angin yang harum dalam rangkaian sejarah yang patut kita teladani bersama. Alangkah indhnya apabila kita melanjutkan perilaku orang-orang terdahulu dalam menjalankan Syariat Islam sebagaimana dikuatkan oleh firman Allah Swt :

إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَذِكْرَىٰ لِمَنْ كَانَ لَهُ قَلْبٌ أَوْ أَلْقَى السَّمْعَ وَهُوَ شَهِيدٌ

“sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang- orang yang mempunyai akal atau yang menggunakan pendengarannya, sedang Dia menyaksikannya.” (QS. Qaaf : 37 )

Thalhah bin Ubadidillah merupakan seorang lelaki yang gagah berani, tidak takut menghadapi kesulitan apapun, kesaktian dan segala macam ujian lainnya. Dia merupakan orang yang kokoh dalam mempertahankan pendirian meskipun pada waktu di masih jahiliyah.

Dalam sejarah, diceritakan bahwa Thalhah tertarik masuk Islam saat berdagang di Bashra. Disana, ada seorang pendeta sedang mencari seseorang yang bersalah dari kota Makkah .Kemudian,Thalhah menghampiri pendeta tersebut dan memberi tahu bahwa dirinya bersalah dari Makkah. Ternyata, pendeta tersebut menanyakan seorang lelaki yang bernama Ahmad bin Abdillah bin Abdul Muthalib karena beliau merupakan nabi penutup zaman. Akhirnya, setelah pulang ke kota Makkah, Thalhah bertemu Abu Bakar dan  kemudian Thalahah masuk Islam sesudah Utsman bin Affan.

Thalhah bin Ubadillah sewaktu Perang Badar terjadi  tidak ikut bertempur karena diurus oleh Rasulullah sebagai pegintai tentara Quraisy yang menuju daerah Alhaura. Pada Perang Uhud, Thalhah benar-benar jadi perisai Rasulullah di kala para tentara Quraisy berusaha mencari Rasulullah, dengan pedang yang tajam terus menebas pejuang Muslim. Mereka sangat benci, kesal, dan dendam membara kepada Rasulullah dan Umat Muslim. Akan tetapi, Rasulullah terus di lindungi oleh Para Pejuang Muslim dengan jiwa dan raganya. Mereka rela terkena sabetan pedang dan serta tikaman anak panah di tubuh. Pedang, panah, dan tombak terus menhujam Pejuang Muslim, tetapi mereka tetap bertahan melawan tentara Quraisy, termasuk Thalhah bin Ubadillah. Dia mengayunkan pedangnya ke kanan dan kiri dan melompat ke arah Rasulullah tatkala beliau berdarah. Dipeluknya tubuh Rasulullah dengan tangan kiri dan dadanya, sementara tangannya kanannya terus menebas batang leher musuh-musuhnya. Dia tidak memperdulikan dirinya, yang penting Rasulullah selamat dari  amukan pedang tentara Quraisy. Pada waktu itu tubuh Thalhah tertebas senjata tajam lebih dari tujuh puluh tikaman dan jari tangannya pun putus. Peristiwa ini merupakan pelajaran dan pengalaman yang tidak akan terlupakan.

Itulah sekilas uraian tentang keteguhan dan pengorbanan Thalhah melindungi Rasul-Nya. Dia memang merupakan seorang pejuang dalam barisan Perang Uhud. Dia siap berkorban membela Rasulullah. Dia memang patut ditempatkan pada barisan depan karena Allah telah menganugerahkan kepada dirinya fisik yang kuat dan kekar, keimanan yang teguh, dan keikhlasan pada agama Allah.

Setelah banyak yang jatuh korban baik dari kedua belah pihak, tentara Quraisy Akhirnya meninggalkan medan pertempuran. Waktu itu, tentara Quraisy mengira Rasulullah sudah tewas. Rasulullah kemudian dipapah oleh Thalhah menaiki bukit yang ada di ujung medan pertempuran. Tangan,tubuh, dan kakinya diciumi oleh Thalhah seraya berkata, “Aku tebus engkau, ya Rasullah dengan ayah ibuku.”

Rasulullah menjawab, “Engkau adalah Thalhah kebajikan.” Sejak peristiwa itulah, Thalhah mendapatkan  julukan “Burung Elang dari Uhud.

Thalhah bin Ubaidillah  tidak hanya sebagai pejuang Islam, dia juga dermawan bagi orang-orang yang tidak mampu. Dia memang termasuk orang kaya raya di kalangan muslimin. Kedermawannya juga dikisahkan oleh Assaib bin Zaid. Katanya, “Aku berkawan dengan Thalhah baik dalam perjalanan maupun sewaktu bermukim. Aku melihat tidak ada seorang pun yang lebih dermawan dari dia terhadap kaum muslimin. Ia mendermakan uang, sandang dan pangannya.”

Sebagaimana Seorang Muslim lainya, Thalhah juga hijrah ke Madinah bersama orang-orang Islam termasuk di dalamnya Ummu Kultsum dan Fatimah putri Rasulullah. Thalhah wafat saat Perang Jamal, ketika sebuah panah mengenai betisnya. Dia segera dipindahkan ke Basra dan tak berapa lam kemudian dia wafat pada usia enam puluh tahun dan dikubur di dekat padang rumput di Basra.

By. Keenan Jaki Kahardian

kisah, Sahabat

THARIQ BIN ZIYAD

Assalamualaikum ..

Hai sobat inspire

Tahu ga sih ternyata banyak banget loh tokoh- tokoh inspirasi muslim yang tentunya sangat patut untuk di jadikan contoh bagi para penerus generasi muslim milenial masa kini loh ..

Salah satunya adalah  THARIQ BIN ZIYAD.

Thariq adalah salah seorang panglima terbesar dalam sejarah Islam yang merupakan prajurit Kerajaan Umawiyah (Bani Umayyah). Setelah Musa bin Nushair membuka jalan pasukan Islam ke Eropa, Thariq bin Ziyad menyempurnakannya dengan menaklukkan Andalusia. Atas perintah Khalifah al-Walid bin Abdul Malik, Thariq membawa pasukan Islam menyeberangi selat Gibraltar menuju daratan Eropa dari sinilah sejarah bangsa Ifranji –sebutan untuk orang-orang Eropa- itu berubah

Tau ga sih ..

Thariq bin Ziyad dilahirkan pada tahun 50 H atau 670 M di Kenchela, Aljazair, dari kabilah Nafzah. Ia bukanlah seorang Arab, akan tetapi seorang yang berasal dari kabilah Barbar yang tinggal di Maroko. Masa kecilnya sama seperti masa kecil kebanyakan umat Islam saat itu, ia belajar membaca dan menulis, juga menghafal surat-surat Alquran dan hadis-hadis .. wah keren banget kan thariq di masa kecil ..

Dimasa perjalanan annya dalam menyebarkan Islam , Salah satu daerah yang paling strategis di wilayah Afrika Utara adalah Maroko. Daerah ini telah mengenal Islam sebelum kedatangan Musa bin Nushair dan pasukannya –Thariq bin Ziyad termasuk pasukan Musa bin Nushair-. Namun penduduk di daerah ini belum menerima Islam secara utuh dan keimanan mereka belum kokoh, terbukti dengan seringnya masyarakat wilayah ini berganti agama dari Islam ke agama selainnya.

Di antara penyebab pergantian agama ini karena penaklukan Maroko di masa Uqbah bin Nafi’, kurang memperhatikan pendidikan keagamaan. Islam belum mapan di suatu daerah, Uqbah dan pasukannya sudah berangkat ke daerah lainnya. Selain itu keadaan bangsa Barbar di Afrika Utara yang memang mewaspadai pergerakan Uqbah bin Nafi’. Keadaan demikian menyebabkan masyarakat Maroko sering murtad setelah masuk ke dalam Islam .

Dalam perjalanan menaklukkan Afrika Utara, Musa bin Nushair dibuat kagum dengan kesungguhan dan keberanian salah seorang pasukannya yang bernama Thariq bin Ziyad. Setelah menaklukkan beberapa wilayah, akhirnya pasukan ini berhasil menaklukkan Kota Al-Hoceima, salah satu kota penting di Maroko. Kota ini sebagai wilayah strategis yang mengantarkan pasukan Islam menguasai semua wilayah Maroko. Musa kembali ke Qairawan sedangkan Thariq menetap di sana dan memberi pengajaran keagamaan kepada masyarakat Barbar Maroko.

Salah satu rahasia mengapa agama Islam begitu diterima di wilayah-wilayah yang ditaklukkannya karena umat Islam tidak memperbudak dan bukan bertujuan mengusai, akan tetapi tujuannya adalah membebaskan wilayah tersebut, membebaskan wilayah tersebut dari kezaliman penguasanya dan hukum-hukum yang tidak adil. Oleh karena itu, kita jumpai wilayah-wilayah yang ditaklukkan umat Islam, penduduk pribuminya berbondong-bondong memeluk agama Islam.

Sebelum umat Islam menguasai Andalus, daratan Siberia itu dikuasai oleh seorang raja zalim yang dibenci oleh rakyatnya, yaitu Raja Roderick. Di sisi lain, berita tentang keadilan umat Islam masyhur di masyarakat seberang Selat Gibraltar ini. Oleh karena itu, orang-orang Andalusia sengaja meminta tolong dan memberi jalan kepada umat Islam untuk menngulingkan Roderick dan membebaskan mereka dari kezalimannya.

Segera setelah permintaan tersebut sampai kepada Thariq, ia langsung melapor kepada Musa bin Nushair untuk meminta izin membawa pasukan menuju Andalus. Kabar ini langsung disampaikan Musa kepada Khalifah al-Walid bin Abdul Malik dan beliau menyetujui melanjutkan ekspansi penaklukkan Andalus yang telah dirintis sebelumnya.

Pada bulan Juli 710 M, berangkatlah empat kapal laut yang membawa 500 orang pasukan terbaik umat Islam. Pasukan ini bertugas mempelajari bagaimana medan perang Andalusia, mereka sama sekali tidak melakukan kontak senjata dengan orang-orang Eropa. Setelah persiapan dirasa cukup dan kepastian kabar telah didapatkan, Thariq bin Ziyad membawa serta 7000 pasukan lainnya melintasi lautan menuju Andalusia.

Mendengar kedatangan kaum muslimin, Roderick yang tengah sibuk menghadapi pemberontak-pemberontak kecil di wilayahnya Perang Sidonialangsung mengalihkan perhatiannya kepada pasukan kaum muslimin. Ia kembali ke ibu kota Andalusia kala itu, Toledo, untuk mempersiapkan pasukannya menghadang serangan kaum muslimin. Roderick bersama 100.000 pasukan yang dibekali dengan peralatan perang lengkap segera berangkat ke Selatan menyambut kedatangan pasukan Thariq bin Ziyad.

Ketika Thariq bin Ziyad mengetahui bahwa Roderick membawa pasukan yang begitu besar, ia segera menghubungi Musa bin Nushair untuk meminta bantuan. Dikirimlah pasukan tambahan yang jumlahnya hanya 5000 orang.

Akhirnya pada 28 Ramadhan 92 H bertepatan dengan 18 Juli 711 M, bertemulah dua pasukan yang tidak berimbang ini di Medina Sidonia. Perang yang dahsyat pun berkecamuk selama delapan hari. Kaum muslimin dengan jumlahnya yang kecil tetap bertahan kokoh menghadapi hantaman orang-orang Visigoth pimpinan Roderick. Keimanan dan janji kemenangan atau syahid di jalan Allah telah memantapkan kaki-kaki mereka dan menyirnakan rasa takut dari dada-dada mereka. Di hari kedelapan, Allah pun memenangkan umat Islam atas bangsa Visigoth dan berakhirlah kekuasaan Roderick di tanah Andalusia.

Setelah perang besar yang dikenal dengan Perang Sidonia ini, pasukan muslim dengan mudah menaklukkan sisa-sisa wilayah Andalusia lainnya. Musa bin Nushair bersama Thariq bin Ziyad berhasil membawa pasukannya hingga ke perbatasan di Selatan Andalusia.

Musa bin Nushair dan Thariq bin Ziyad tidak hanya mengalahkan penguasa-penguasa zalim di Eropa, namun mereka berhasil menaklukkan hati masyarakat Eropa dengan memeluk Islam. Mereka berhasil menyampaikan pesan bahwa Islam adalah agama mulia dan memuliakan manusia. Manusia tidak lagi menghinakan diri mereka di hadapan sesama makhluk, kemuliaan hanya diukur dengan ketakwaan bukan dengan nasab, warna kulit, status sosial, dan materi. Musa dan Thariq juga berhasil menanamkan nilai-nilai tauhid, memurnikan penyembahan hanya kepada Allah semata.

Memandang keberhasilan Musa dan Thariq menaklukkan Andalusia dan menanamkan nilai-nilai Islam di negeri tersebut, khalifah al-Walid bin Abdul Malik memanggil mereka berdua  kembali ke Damaskus.

Bagaimana ini sobat inspire .. keren bukan perjuangan thariq bin Ziyad dalam menyebarkan Islam di Andalusia , dan menanamkan tauhid di para hati masyarakatnya .. bukan hanya itu , datangnya thariq bin Ziyad ini juga sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat Eropa di zaman itu loh , saking baiknya dan pengorbanannya yang begitu besar terhadap masyarakat Eropa

Jasa-jasa Thariq dan kepahlawanannya diabadikan dengan nama selat yang memisahkan Maroko dan Spanyol dengan nama Selat Gibraltar. Gibraltar adalah kata dalam bahasa Spanyol yang diartikan dalam bahasa Arab sebagai Jabal Thariq atau dalam bahasa Indonesia Bukit Thariq.

Yuk kita contoh hal-hal baik yang ada pada diri thariq bin Ziyad untuk memajukan Islam di zaman sekarang

Oleh. Fathia Irhami